Welcome to my blog!

Selasa, 10 Juli 2012

ANDILAU ( ANTARA DILEMA DAN GALAU )


Assalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh ....

Salam ukhuwah ...
Salam perjuangan untuk ikhwahfillah sekalian yang ku cintai karena Allah.

“Sungguh indahnya perjuangan ketika ia terus melejitkan semangat dalam memperjuangkan dakwah. Karena ialah setinggi-tingginya nilai dalam hidup ini ketika ia dapat mengiringi umat kepada yang haq dan menjauhkan dari kebathilan.”

Alhamdulillahirabbil ‘aalamin atas rahmat dan hidayah-Nya yang senantiasa mengiringi dalam setiap hembusan nafas ini. Solawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, mujahid sejati sepanjang masa.

Ikhwahfillah.....
Tak terasa keberadaan kita di kampus ini sudah mencapai setengah masanya. Masa keberadaan kita di kampus ini. Sudah banyak suka dan duka kita lalui dan alhamdulillah kita masih duduk bersama di jamaah ini. Semoga kita selalu terjaga dalam ukhuwah ini sampai waktu memisahkan kita.

Ikhwah....
Izinkan ana sedikit berbagi mengenai apa yang ana rasakan saat ini. Rasa yang benar-benar membuat ana menjadi dilema dan galau. Rasa yang sangat mengganjal dan hari demi hari rasa itu semakin menjadi.

Ikhwah....
Mungkin karena iman ana yang terlalu lemah atau ana tidak mampu mengistiqomahkan diri ini dalam menjaga fikrah-fikrah tarbiyah yang ana dapatkan selama ini. Namun seperti itulah alur sebuah pemikiran. Ia selalu bergerak tanpa kendali. Ia terus berjalan ke seluruh arah sampai ia menemukan titik akhirnya.

Ikhwah...
Ana sangat bahagia karena ana berada disini. Sungguh, ana tak pernah menyangka bisa mendapatkan sahabat-sahabat sebaik antum-antunna sekalian. Sahabat yang mampu menerima tanpa syarat, sahabat yang senantiasa mengingatkan dikala lupa dan khilaf itu menjelma. Indah sekali ....

Namun ikhwah...
Bolehkan ana sedikit bertanya kepada antum-antunna?
Pertanyanya “Kenapa kita mau memilih jalan ini?”
Antum-antunna tak perlu menjawabnya. Ana percaya pasti tujuan kita semua sama walau dengan bahasa yang berbeda.

Ikhwah....
Tak ada niat untuk menggurui dari pertanyaan tersebut. Karena ana pun sedang belajar bagaimana mencari jawaban yang terbaik atas pertanyaan tersebut. Karena tidak jarang kita sering terjebak pada lisan yang merdeka namun dengan hati yang terpenjara. Maksudnya ialah masih adanya tanda tanya besar dalam hati ini apakah benar yang kita ucapkan sepadan dengan niat di dalam hati ini.



Ikhwah....
Tahukah antum-antunna dengan Rapat Akbar. Momen yang sangat luar biasa dalam keorganisasian mahasiswa di kampus ini. Lalu apa hubungannya dengan jamaah ini?

Ikhwah...
Mungkin ana terlalu mudah untuk berkeluh kesah padahal itu bukanlah sesuatu yang harus di keluh kesahkan. Mungkin juga ana terlalu khawatir atas apa yang ana harapkan dengan kenyataan yang dihadapkan. Tapi, bukankah itu suatu pertanda baik ketika kita melihat ada sesuatu yang dirasa tidak sejalan lagi dengan tujuan kita tadi.

Ikhwah....
Maafkan jika bibirku terlalu keluh ketika harus menyampaikan hal ini secara lisan. Inilah jalan yang terbaik yang ana pilih untuk menyampaikan apa yang ana rasakan saat ini. Afwanminkum....


Alhamdulillahirobbil’aalamiiin...
Saat ini ana diamanahkan berada di Komisi 2 MPM. Posisi yang sangat penting dalam menganggarkan dana ormawa di Polsri. Bukan suatu tugas yang mudah karena ia harus menentukan keputusan-keputusan yang tepat, adil, dan bijaksana. Bila tidak, maka ia malah akan menghasilkan mudharat-mudharat yang banyak bagi diri kita dan juga orang lain.
Awalnya ana merasa tak sanggup untuk berada di posisi ini. Karena ana merasa tidak memiliki kapabilitas dalam logistik. Ana adalah seorang linguis. Ana takut jika suatu pekerjaan jika tidak diletakkan pada orang yang tepat. Maka tinggal menunggu masalah besar menghampiri. Tapi, dengan support antum-antunna sekalian. Akhirnya ana bertekat untuk mengemban amanah ini. Semoga Allah menguatkan...

Mungkin kapabilitas ana begitu rendah sehingga ana pun masih sering merasakan keraguan dalam mengambil sebuah keputusan. Ana sering merasa tak sanggup karena ana takut melakukan kesalahan yang berdampak besar terhadap kita. Ana tak setangguh senior-senior ana yang begitu cakapnya dalam menyikapi berbagai permasalahan. Jujur, ana masih anak kemarin sore.... masih ingusan ... ^_^

Kegalauan ini hadir sebelum RA. Dimana ana harus berfikir ekstra untuk mempersiapkan hal-hal penting mengenai ormawa disamping memikirkan kuliah dan wajihah lainnya. Ana harus mempersiapkan stategi yang tepat agar apa yang akan diputuskan nanti adalah yang terbaik bagi kita semua. Tepat waktu, tepat ukuran, dan tepat sasaran. ^_^

Kegalauan itu semakin menjadi saat beberapa hari menjelang RA. Ana berusaha untuk melakukan yang terbaik. Namun... masih dengan masalah klasik. Yaitu kurang adanya koordinasi yang maksimal antara MPM dan ormawa sehingga tanggal RA menjadi dimundurkan tanggal pelaksanaanya. Ahh... itu bukan pokok permasalahannya. Yang menjadi masalah besar yaitu mengenai pengalokasian anggaran untuk masing-masing ormawa.

Sering terjadi dilema di dalam diri ketika LOGIKA dan NURANI saling bertarung. Karena mana yang kuat itulah yang menjadi dasar suatu keputusan. Namun.... inilah yang namanya sebuah birokrasi. Ia tak pernah bermain dengan perasaan. Ia berjalan sendiri sesuai dengan jalurnya. Birokrasi tetaplah birokrasi.
Namun berbeda dengan nurani. Ia terkadang hadir tanpa di kira, namun ia selalu hadir pada waktu yang tepat. Ketika logika terlalu arogan, maka ia akan hadir untuk melunakkanya.

Mahasiswa ohh mahasiswa. Engkau adalah kaum intelek yang luar biasa. Dan akan lebih bermakna jika ke-intelektulitasanmu dapat menyebar luas ke segala penjuru. Baik diantara kaum mahasiswa itu sendiri maupun kaum lainnya.

Seperti yang pernah dikatakan oleh PD 3 periode sebelumnya. Bapak Bahri Joni : “Di Polsri ini, tiada hari tanpa acara mahasiswa. Semoga dengan kegiatan ini, dapat menjadi nilai tambah bagi mahasiswa dalam meningkatkan softskill dan hardskillnya sebelum terjun ke dunia masyarakat”.

Semua mahasiwa Polsri memiliki hak yang sama untuk melakukan kegiatan acara terutama pengabdian kepada masyarakat. Masyarakat kampus khususnya. Dan tidak ada diskriminasi untuk mendapatkan hak-haknya asalkan dapat dipertanggungjawabkan secara baik dan benar.

Permasalahan pokoknya adalaaah :
Apa hubungannya Komisi 2 dengan KAMMI???
Tidak perlu ditutup-tutupi lagi. Sebagian besar ormawa tahu bahwa kita. Kader KAMMI sedang memegang kendali pemerintahan ormawa di kampus ini. Itu berarti kita memiliki kewajiban untuk menebarkan banyak kebaikan kepada mereka atas apa yang kita dapatkan di KAMMI. Itulah politik. Ia bukanlah sebuah mainan yang dapat di lempar kesana kemari demi mencapai kesenangan pribadi. Namun ia adalah sbagai alat untuk mengatur jalannya sistem pemerintahan ormawa di kampus Polsri agar berjalan dengan baik sesuai AD/ART KM-POLSRI yang telah kita sepakati bersama.

Uang.... lagi lagi masalah uang. Ia begitu eksis dalam hidup ini. Tiada hari tanpa uang. Uang memang bukanlah segalanya. Namun, hidup akan sulit tanpa uang. Ahh Komisi 2, inilah tugasmu untuk mengatur pengalokasian anggaran ormawa dengan sebaik-baiknya.

Ada beberapa kriteria dalam penentuan dana program kerja. Dan peraturan ini sudah berlaku dari periode-periode sebelumnya bahkan jauh sebelum kita menginjakkan kaki di kampus ini. Diantaranya yaitu terlaksana atau tidaknya acara ormawa tersebut yang di sepakati pada RA dan RAP serta belum atau sudahnya pengumpulan LPJ proker yang telah terlaksana dan masih ada beberapa kriteria lainnya.

Adil bukan berarti sama rata kan?
Iya benar.
Dan kita pun harus tegas dalam menetapkan alokasi anggaran sesuai peraturan kan?
Iya benar.


Lalu apa yang membuat galau??

Afwanminkum ikhwah jika pembicaraan ana terlalu panjang. Memang benar apa yang Komisi 2 lakukan sudah sesuai dengan peraturan-peraturan bahkan tidak jauh berbeda dengan peraturan-peraturan tahun sebelumnya. Bagi ormawa yang buruk, maka akan di jatuhi sanksi, dan bagi ormawa yang baik, maka akan di berikan penghargaan.

Ahh tidak ada yang salah dengan ini.

Lantas apa yang membuat galau??

Sedikit menjadi perenungan juga mengenai takaran adil itu seperti apa. Apakah sama rata atau sesuai dengan porsi kegiatannya. Karena tentu masing-masing ormawa memiliki proker-proker yang bagus. Dan dengan anggaran dana kemahasiswaan yang terbatas, Komisi 2 hanya mampu mengatur pembagian dana tersebut sesuai yang tersedia, bukan sebagai peyedia uangnya. Ada beberapa keputusan-keputusan yang di nilai dari satu sisi tidak tepat dan bijaksana. Namun, ada sisi lain yang lebih menguatkan mengapa keputusan-keputusan tersebut harus ditetapkan. Itulah sebuah keputusan, tidak semua yang kita inginkan kita dapatkan.

Namun disisi lain, ana membayangkan ketika diri ana berada pada posisi mereka. Ormawa yang merasa tidak mendapat keadilan atas sebuah keputusan. Mungkin ana pun akan bersikap sama dengan mereka. Menuntut keadilan hingga dapat. Tapi, jika landasan yang ana bawa memiliki legalitas yang kuat. Dan dapat di pertanggung jawabkan dengan jelas.

Alasan yang paling menggoda adalah alasan nurani. Ketika nurani berbicara, maka ia akan melewati logika-logika. Nurani berkata : “Uang ini adalah uang mahasiswa. Dari mahasiswa, oleh mahasiswa, dan untuk mahasiswa. Penuhilah hak atas nama mahasiswa, bukan atas nama ormawa. Jadi, seburuk apapun ormawa itu, bukan berarti harus memotong dana proker mereka. Kenapa harus hak mahasiswa yang terkorban atas kesalahan ormawa yang telah lalu. Namun sesuaikanlah dana tersebut  dengan seberapa banyak kuantitas mahasiswa yang akan merasakan proker tersebut.”

Itulah nurani... ia sangat baik. Ia mudah memaafkan. Namun, akan lebih besar lagi resikonya jika kita memenangkan nurani diatas logika. Karena ia tak memiliki kepastian-kepastian numberik. Akhirnya tidak akan adanya evaluasi dan keteraturan yang sistematik. Hanya akan menghasilkan keambiguan. Sedangkan uang berbicara tentang angka, bukan rasa. ^_^

Namun.... hidup ini tidak selamanya berbicara tentang angka. Karena DAKWAH berawal dari rasa KASIH dan SAYANG. Dan sang NURANI lah yang memilikinya.

Masing-masing kita tentu punya idealisme, tapi kompleksnya permasalahan di lapangan baik yang di sadari maupun yang tidak disadari menjadikan idealisme tersebut luntur dan selanjutnya berujung futur. Sebaiknya yang kita lakukan adalah merintis idalisme yag berangkat dari sebuah realita yang terjadi dalam lingkungan kita, tak masalah separah apapun kondisinya. Saat ini justru banyak organisasi yang sibuk meninggikan idealismenya tanpa pernah ataupun sedikit sekali peduli dengan realitas masyarakat sekitar. ( Sok bijak .. hehe )

Wallahu’alam bishhowwab.

Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh ...

Minggu, 11 Maret 2012


“KETIKA AMANAH HARUS KU PIKUL”

 

            Cerahnya mentari mengguratkan cerahnya harapan. Ketika harus berjuang untuk masa depan. Yang terbayang adalah romansa kesuksesan yang ingin di tawan. Namun, bermimpi tak semudah berkeinginan, karena ini bukan perkara yang ringan, seringan menggengam sebuah cawan. Waktu memaksa untuk mempelajari makna. Menyentuh yang tak dapat diraba. Menampakkan bayangan yang mudah sirna.
            Ketika ada sebuah pilihan. Saraf-saraf bergerak secara spontan. Mencoba meneliti dan menganalisis pilihan mana yang paling menawan. Namun, sungguh tidak mudah. Ketika harus memilih maka harus berani. Berani menghadapi apa yang akan terjadi nanti. Hidup adalah sebuah pilihan. Sukses atau gagal. Tergantung pada keputusan. Terlepas dari takdir yang telah di tetapkan Tuhan.
            Ketika membaca dua paragraf diatas seolah-olah kita membaca sebuah syair. Tapi sebenarnya saya bukanlah seorang yang ahli dalam merangkai syair dan puisi. Saya khawatir jika saya meneruskan tulisan itu. Saya tidak dapat menemukan tujuan yang sebenarnya dalam tulisan ini. Orang-orang sering berkata, pembicaraan yang sederhana adalah cara yang baik untuk meraih tujuan yang sederhana. Namun, mari kita patahkan pendapat tersebut. Kita bicarakan hal-hal yang sederhana untuk meraih tujuan yang luar biasa. Anda sepakat? Jika sepakat, maka teruskanlah membaca.
            “KETIKA SEBUAH AMANAH HARUS DI PIKUL”. Menyiratkan makna bahwa setiap diri kita pasti sudah, sedang, dan akan mengalaminya. Sebenarnya kata “SEBUAH” tidak tepat dalam mendeskripsikan AMANAH. Karena percaya atau tidak AMANAH bukanlah suatu hal yang kita PIKUL secara sadar saja. Namun AMANAH adalah setiap apa yang kita miliki. Berapa banyak pemberian Tuhan yang kita miliki. Maka sebanyak itulah amanah yang kita miliki. Mengapa harus MEMIKUL? Kenapa tidak di jinjing atau mengangkat. Ternyata ada suatu perbedaan yang cukup mendasar ketika kita mengatakan MEMIKUL. Coba kita analogikan. Berat mana suatu benda yang di jinjing atau di pikul?. Tentu kita tahu bahwa benda yang dipikul pasti lebih berat daripada benda yang hanya di jinjing. Telah jelas sudah berarti AMANAH adalah bukanlah suatu hal yang ringan. Anda setuju?
            “Kenapa aku ingin mendapatkan amanah itu atau kenapa aku dititipkan amanah itu?”. Adakah diantara dua pertanyaan tersebut pernah anda alami. Atau salah satunya. Mana yang sering anda alami?. Saya tidak akan memaksa anda untuk menjawab. Simpan rapat- rapat jawabnya di dalam hati anda. Cukuplah menjadi renungan bagi diri kita.
 
           
              Tentu ada sebagian orang diluar sana yang menyukai pertanyaan pertama. Namun tidak sedikit pula orang yang menyukai pertanyaan yang kedua. Semuanya tergantung dari tujuannya. Ketika amanah menjadi sebuah kesenangan, maka ia akan menyenangkan. Ketika  amanah menjadi sebuah beban, maka ia akan membebankan. Tapi coba kita balik. Ketika amanah menjadi sebuah kesenangan, maka ia akan membebankan. Ketika amanah menjadi sebuah beban, maka ia akan menyenangkan.
            Ketika amanah menjadi sebuah kesenangan, maka ia akan menyenangkan. Amanah adalah sebuah kepercayaan empunya untuk menitipkan sesuatu kepada yang dipercayanya. Dititipkan karena dipercaya. Diyakini karena dapat  menjalankannya. Senang dan bahagia ketika menjadi tempat yang dititipi? Ya, tidak salah. Karena ini akan menjadi ladang pahala dan kasih yang menyejukkan jiwa. Tentu puncak dari kesenagan ini adalah sebuah keikhlasan
           Ketika amanah menjadi sebuah beban, maka ia akan membebankan. Amanah itu tidak pernah kita inginkan. Namun kita harus memikulnya. Tentu ini akan menjadi sebuah beban. Atau bukannya kita tidak mau direpotkan dengan amanah, namun kita hanya takut akan mengecewakan empunya kepercayaan. Suatu bentuk keyakinan yang tidak benar, tapi sering dibenar-benarkan.
            Ketika amanah menjadi sebuah kesenangan, maka ia akan membebankan. Amanah menjadi sebuah komoditi. Amanah menjadi sebuah profesi. Tentu tidak ada yang salah. Tapi, yang menjadi masalah besar yang tak tampak di mata adalah ketika NIAT untuk memikul amanah itu menjadi sebuah kesenangan yang membinasakan. Yang menodai gumpalan darah suci itu menjadi buram karena kotoran sang nafsu. Yang tergores karena tajamnya sang kikir. Yang teraniaya karena zalimnya sang takabur. Begitu banyak orang yang mengagung-agungkan sebuah amanah namun ia tak dapat memikulnya. Banyak yang menghina dan terhina karena amanah. Banyak yang terjebak karena mengejar kemuliaan yang fana. Banyak yang binasa karena terlalu bangga.
      Ketika amanah menjadi sebuah beban, maka ia akan menyenangkan. Takut memikul amanah karena takut akan menganiaya. Sebuah kehati-hatian yang menetap di hati. Tapi, tidak juga dibenarkan ketika rasa takut itu dapat menjadi pagar kehati-hatian dalam memikul amanah. Menjadi sekat ketika nafsu menguasai. Menjadi perisai ketika godaan mengintai. Jika diluar sana kita melihat banyak orang-orang yang berpotensi untuk memanfaatkan amanah ini menjadi sebuah kezaliman. Maka jauh lebih penting kita untuk memikul amanah ini daripada kita berdiam diri dan menjauh dari amanah. Bukan berusaha untuk menjadi pahlawan, tapi berusaha untuk menjadi penghalang. Penghalang sebuah kezaliman. Pujian dan kemuliaan fana bukanlah tujuan pengabdian. Ketika amanah menjadi sebuah kewajiban.

Sabtu, 10 Maret 2012
Pukul : 23.30 WIB