Welcome to my blog!

Kamis, 08 Maret 2012


DEBAT KUSIR PARA GURU

            Tadi malam saya menyaksikan sebuah forum diskusi yang di adakan oleh salah satu stasiun Televisi Swasta. Dimana narasumbernya berasal dari beberapa kalangan elit politik praktis (eksekutif), legislatif, dan para pengamat publik yang memiliki disiplin ilmu ekonomi dan politik.
            Pembahasan semalam cukup menarik, yaitu mengenai rencana kenaikan BBM bersubsidi. Saat ini pemerintah berencana untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sekitar 35% dari harga sebelumnya. Pembahasan semalam cukup menarik, namun masih ada beberapa hal yang masih menjadi tanda tanya bagi saya. Yaitu, apa hasil diskusi malam ini? Apakah pemerintah masih akan meneruskan rencanaya itu atau akan meninjau ulang.
            Bahasa-bahasa yang digunakan dalam diskusi ini cukup membuat dahi saya berkerut. Karena banyak sekali istilah-istilah yang mungkin tidak semua penonton dapat memahami dan memiliki interpretasi yang sama. Tapi yang dapat saya saksikan adalah sebuah perdebatan yang tidak ada titik temu antara pihak yang pro dan kontra. Masing-masing narasumbernya tetap bersihkukuh mempertahankan argumentasinya. Sungguh, penonton awam seperti saya menjadi sangat dibingungkan.
            Forum-forum diskusi seperti ini memang sering saya lihat mulai dari kalangan bawah hingga kalangan elit. Tentu isi dan bobot pembahasannya berbeda. Tapi persamaannya adalah sangat jarang ditemui pihak-pihak yang menjadi penengah diantara keduanya. Sehingga tujuan diskusi bagaimana caranya mencari titik temu malah semakin menciptakan jarak diantara keduanya.

 
            Rakyat Indonesia umumnya tidak begitu peduli tentang isi yang mereka bahas semalam. Mereka tak peduli apa itu inflasi, apa itu intervensi, dan apa itu permainan politik. Yang mereka inginkan adalah di batalkannya rencana kenaikan BBM. Hanya itu.
            Satu minggu terakhir beberapa kalangan rakyat melakukan aksi dan protes terhadap rencana kenaikan BBM ini. Mulai dari kalangan mahasiswa hingga buruh serta pegawai menengah ke bawah. Karena rakyat merasa sangat teraniaya, apalagi dengan keadaan ekonomi rakyat Indonesia sebagian besar adalah kalangan menengah ke bawah. Sungguh itu akan menjadi sebuah hal yang menyakitkan.
            Tapi tentu tidak akan ada asap jikalau tidak ada api. Pemerintah beralasan bahwa kenaikan BBM ini dikarenakan adanya inflasi dan mengharuskan negara untuk meningkatkan harga jual minyak mentah. Jika tidak maka akan terjadi kebocoran yang akan mempengarui pendapatan APBN. Menyelamatkan APBN?. Apa yang sedang terjadi pada APBN sehingga harus BBM menjadi penopangnya?. Apa kabar sektor-sektor ekonomi yang lain. Seperti pariwisata contohnya, yang salah satu narasumber pada forum ini sendiri adalah Menteri ESDM dan sebagai mantan Menteri Pariwisata yang pernah berbicara kepada publik bahwa saat ini sektor pariwisata sangat potensial dalam memberikan kontribusi kepada pendapatan negara di banding ESDM.
            Apakah hanya BBM sebagai pendapatan negara? Sebetulnya APBN itu diperuntukan untuk kepentingan siapa? Pada kenyataannya siapakah yang paling banyak menikmati APBN tersebut? Rakyat atau para poliTIKUS yang RAKUS akan kekuasaan dan materi.
            Alasan lain yang di utarakan oleh salah satu pakar ekonomi adalah adanya intervensi pihak-pihak asing yang mencekoki para elit politik dengan pemahaman-pemahaman materialis. Sehingga mereka lupa dengan makna Pancasila pada sila ke 5 “Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Yang mereka fikirkan ialah bagaimana cara mencari keuntungan sekalipun kepentingan rakyat tergadaikan.
            Dan satu lagi yang menjadi kecurigaan para pengamat politik ialah adanya permainan politik dalam kasus ini. Dapat dilihat dari kasus-kasus sebelumnya. Sebelum pemilu periode yang lalu pemerintah pun berencana menaikkan harga BBM. Banyak segali penolakan-penolakan yang dilakukan dari berbagai kalangan rakyat. Namun, kenaikan itu tidak dapat di batalkan. Tetap saja naik. Tapi, untuk menyenangkan dan meninabobokkan rakyat pemerintah mencekoki rakyat dengan rejeki Bantuan Langsung Tunai. Rakyakpun mau-mau saja. Tapi, bukankah ini mengajarkan rakyat untuk menjadi peminta-minta? Apa yang pernah terjadi pada saat pembagian BLT. Banyaknya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berarti pemerintah telah membuka peluang kriminal antar sesama rakyat itu sendiri. Lalu apa yang terjadi setelah menjelang pemilu. Pemerintah tiba –tiba menurunkan harga BBM. Untuk mencari perhatian rakyat. Dan apakah sekarang akan terulang kembali kejadian yang sama?.
            Apakah pemerintah lupa dengan UUD 1945 BAB 14 Pasal 33 Ayat 3 mengenai Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial yang berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan  sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
            Dan satu hal lagi yang menjadi kegeraman saya. Pada forum itu cukup banyak mahasiswa yang diundang menjadi penonton. Tapi mulai dari awal forum hingga akhir. Tak ada satupun mahasiswa yang diberikan kesempatan untuk bersuara. Bukankah ini yang namanya monopoli politik?. Lalu apa gunanya mereka disana, hanya untuk meramaikan ruangan? Jika hanya diperlakukan seperti itu, lebih baik tidak usah diundang. Nonton di TV aja bisa.

Salam Anak Negeri
Catatan Bos Kecil Cek Noer
09/03/2012
01.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar