DEBAT KUSIR PARA GURU
Tadi malam saya menyaksikan sebuah forum diskusi yang di adakan
oleh salah satu stasiun Televisi Swasta. Dimana narasumbernya berasal dari beberapa
kalangan elit politik praktis (eksekutif), legislatif, dan para pengamat publik
yang memiliki disiplin ilmu ekonomi dan politik.
Pembahasan
semalam cukup menarik, yaitu mengenai rencana kenaikan BBM bersubsidi. Saat ini
pemerintah berencana untuk menaikkan harga BBM bersubsidi sekitar 35% dari
harga sebelumnya. Pembahasan semalam cukup menarik, namun masih ada beberapa
hal yang masih menjadi tanda tanya bagi saya. Yaitu, apa hasil diskusi malam
ini? Apakah pemerintah masih akan meneruskan rencanaya itu atau akan meninjau
ulang.
Bahasa-bahasa
yang digunakan dalam diskusi ini cukup membuat dahi saya berkerut. Karena
banyak sekali istilah-istilah yang mungkin tidak semua penonton dapat memahami
dan memiliki interpretasi yang sama. Tapi yang dapat saya saksikan adalah
sebuah perdebatan yang tidak ada titik temu antara pihak yang pro dan kontra.
Masing-masing narasumbernya tetap bersihkukuh mempertahankan argumentasinya.
Sungguh, penonton awam seperti saya menjadi sangat dibingungkan.
Forum-forum
diskusi seperti ini memang sering saya lihat mulai dari kalangan bawah hingga
kalangan elit. Tentu isi dan bobot pembahasannya berbeda. Tapi persamaannya
adalah sangat jarang ditemui pihak-pihak yang menjadi penengah diantara
keduanya. Sehingga tujuan diskusi bagaimana caranya mencari titik temu malah
semakin menciptakan jarak diantara keduanya.
Rakyat
Indonesia umumnya tidak begitu peduli tentang isi yang mereka bahas semalam.
Mereka tak peduli apa itu inflasi, apa itu intervensi, dan apa itu permainan
politik. Yang mereka inginkan adalah di batalkannya rencana kenaikan BBM. Hanya
itu.
Satu
minggu terakhir beberapa kalangan rakyat melakukan aksi dan protes terhadap
rencana kenaikan BBM ini. Mulai dari kalangan mahasiswa hingga buruh serta
pegawai menengah ke bawah. Karena rakyat merasa sangat teraniaya, apalagi
dengan keadaan ekonomi rakyat Indonesia sebagian besar adalah kalangan menengah
ke bawah. Sungguh itu akan menjadi sebuah hal yang menyakitkan.
Tapi
tentu tidak akan ada asap jikalau tidak ada api. Pemerintah beralasan bahwa
kenaikan BBM ini dikarenakan adanya inflasi dan mengharuskan negara untuk
meningkatkan harga jual minyak mentah. Jika tidak maka akan terjadi kebocoran
yang akan mempengarui pendapatan APBN. Menyelamatkan APBN?. Apa yang sedang
terjadi pada APBN sehingga harus BBM menjadi penopangnya?. Apa kabar
sektor-sektor ekonomi yang lain. Seperti pariwisata contohnya, yang salah satu
narasumber pada forum ini sendiri adalah Menteri ESDM dan sebagai mantan
Menteri Pariwisata yang pernah berbicara kepada publik bahwa saat ini sektor
pariwisata sangat potensial dalam memberikan kontribusi kepada pendapatan
negara di banding ESDM.
Apakah
hanya BBM sebagai pendapatan negara? Sebetulnya APBN itu diperuntukan untuk
kepentingan siapa? Pada kenyataannya siapakah yang paling banyak menikmati APBN
tersebut? Rakyat atau para poliTIKUS yang RAKUS akan kekuasaan dan materi.
Alasan
lain yang di utarakan oleh salah satu pakar ekonomi adalah adanya intervensi
pihak-pihak asing yang mencekoki para elit politik dengan pemahaman-pemahaman
materialis. Sehingga mereka lupa dengan makna Pancasila pada sila ke 5
“Kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Yang mereka fikirkan
ialah bagaimana cara mencari keuntungan sekalipun kepentingan rakyat
tergadaikan.
Dan
satu lagi yang menjadi kecurigaan para pengamat politik ialah adanya permainan
politik dalam kasus ini. Dapat dilihat dari kasus-kasus sebelumnya. Sebelum
pemilu periode yang lalu pemerintah pun berencana menaikkan harga BBM. Banyak
segali penolakan-penolakan yang dilakukan dari berbagai kalangan rakyat. Namun,
kenaikan itu tidak dapat di batalkan. Tetap saja naik. Tapi, untuk menyenangkan
dan meninabobokkan rakyat pemerintah mencekoki rakyat dengan rejeki Bantuan
Langsung Tunai. Rakyakpun mau-mau saja. Tapi, bukankah ini mengajarkan rakyat
untuk menjadi peminta-minta? Apa yang pernah terjadi pada saat pembagian BLT.
Banyaknya korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berarti pemerintah telah membuka
peluang kriminal antar sesama rakyat itu sendiri. Lalu apa yang terjadi setelah
menjelang pemilu. Pemerintah tiba –tiba menurunkan harga BBM. Untuk mencari
perhatian rakyat. Dan apakah sekarang akan terulang kembali kejadian yang
sama?.
Apakah
pemerintah lupa dengan UUD 1945 BAB 14 Pasal 33 Ayat 3 mengenai Perekonomian
Nasional dan Kesejahteraan Sosial yang berbunyi : “Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.
Dan
satu hal lagi yang menjadi kegeraman saya. Pada forum itu cukup banyak
mahasiswa yang diundang menjadi penonton. Tapi mulai dari awal forum hingga
akhir. Tak ada satupun mahasiswa yang diberikan kesempatan untuk bersuara.
Bukankah ini yang namanya monopoli politik?. Lalu apa gunanya mereka disana,
hanya untuk meramaikan ruangan? Jika hanya diperlakukan seperti itu, lebih baik
tidak usah diundang. Nonton di TV aja bisa.
Salam Anak Negeri
Catatan Bos Kecil Cek Noer
09/03/2012
01.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar