Welcome to my blog!

Jumat, 09 Maret 2012


APA KABAR CINTA?

 

            “Cinta. Apa kabarmu hari ini? Apa yang sedang kamu lakukan disana? Dimana kamu berada? Aku sangat rindu padamu”. Contoh beberapa kalimat yang sering kita dengar dari para perindu Cinta. Cinta kepada siapa? Kekasih?. Ya, asumsi Anda tidak salah. Kekasih yang saat ini sedang dirindukan kehadirannya. Belas kasihnya. Tapi apakah saat ini kita ingin membicarakan Cinta kepada kekasih?. Anda mau yang mana, kisah sebuah Cinta kepada kekasih atau sebuah Cinta lain yang lebih istimewa yang saat ini hampir terlupa?.
            Baiklah, jika Anda berfikir bahwa kita akan membahas mengenai Cinta kepada seorang kekasih. Dengan sangat menyesal saya harus menyarankan Anda untuk berpaling dari tulisan ini. Karena Anda pasti akan terjebak pada sebuah tulisan yang menjenuhkan. Tapi jika Anda ingin menyimak sebuah kisah Cinta yang istimewa itu. Saya harap Anda tetap menyimak tulisan ini hingga Anda dapat memahaminya.
            Ini adalah sebuah kisah yang dibuat jauh dari referensi maupun intervensi. Ini hanyalah sebuah goresan tangan dari seorang anak negeri yang sedang dirundung rasa rindu. Rindu yang selama ini terpendam. Hingga akhirnya harus mencurahkan isi hatinya kepada siapa saja yang mau membacanya.

            “Indonesia tanah air beta
            Pusaka abadi nan jaya
            Indonesia sejak dulu kala
            Slalu di puja-puja bangsa
            Disana tempat lahir beta
            Di buai di besarkan bunda
            Tempat berlindung di hari tua
            Sampai akhir menutup mata”

            Anda masih ingat bait-bait diatas? Apakah Anda masih ingat judulnya?. Lalu Anda menjawab, “Ya, saya masih ingat. Dulu waktu masih SD saya sering menyanyikannya saat upacara bendera”. “Judulnya kalau tidak salah Indonesia Pusaka”.
            Ya, Anda benar. Tapi saya mau bertanya mengapa Anda mengatakan kata SD dan upacara bendera?. Apakah lagu ini hanya dimiliki oleh siswa-siswa SD. Lalu bagaimana saat ini? Apakah Anda masih sering menyanyikannya?.
            Mungkin Anda dibuat bingung dengan beberapa kalimat diatas. Tapi percayalah, tulisan ini bukan saya maksudkan untuk menskenariokan sebuah cerita. Tapi hanya memberikan sebuah contoh yang mungkin akan terjadi ketika Anda bertanya mengenai lagu ini.
            Indonesia Pusaka. Sebuah lagu yang memiliki berjuta makna. Sebuah lagu yang yang diciptakan dengan berjuta harapan. Sebuah lagu yang menginspirasi makna kecintaan dan pengabdian. Lalu, apa yang dapat kita simpulkan dari lagu ini dan apa hubungannya dengan Cinta?

 
            “Indonesia tanah air beta”. Kaulah tempatku dilahirkan, dibesarkan, dididik, dan diasah sedemikian rupa. Maka aku akan mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Dimana tempat langit dipijak disitulah langit dijunjung. Kaulah rumahku. “Kau selalu di puja-puja bangsa.” Siapa yang memujamu? Kapan?. Sampai saat ini belum pernah ditemukan bangsa mana yang pernah memuja-muja Indonesia dan kapan tepatnya negeri ini dipuja?. Benarkah adanya ataukah hanya sebuah bait motivasi yang menggambarkan bahwa betapa hebatnya Indonesia saat itu. Saat diciptakannya lagu ini. “Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata”. Oh negeriku ternyata kau adalah ibu pertiwi yang dapat memberikan ketenangan bagi siapa saja yang mencintaimu.
            Saya mau bertanya sedikit. Siapakah Anda? Pelajar, Mahasiswa, Profesional, Pemerintah, Pejabat atau hanya seorang rakyat biasa yang Anda sendiri tidak tau siapa diri Anda. Semua dihalalkan untuk membaca tulisan ini. Karena tulisan ini ditulis bukan untuk satu golongan tertentu, tulisan ini diperuntukkan bagi siapa saja yang mau membaca. Hanya itu. Sekalipun saya harus memperkenalkan bahwa saat ini diri saya adalah seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa biasa yang ingin mempelajari hal-hal luar biasa.
            “Sahabat, saat ini aku sedang sedih”. “Loh sedih kenapa? Kerena Cinta kah?”. “Ya, Aku sedih karena Cintaku sedang sakit”. “Siapa Cintamu?”. “Cintaku adalah juga Cintamu”. “Cintaku juga, berarti Cinta kita”. “Siapa namanya?”. “INDONESIA”. “Negeri kita?”. “Iya”.
            Saat ini INDONESIA sedang sakit. Bukan maksudku untuk mendeskreditkan negeri sendiri. Tapi yang saya lihat saat ini ya itu. Beribu-ribu masalah silih berganti hadir di negeri ini. Laksana sebuah pohon pisang yang telah mati, lalu bertunas kembali dari waktu ke waktu. Itulah Indonesia, negeriku tercinta. “Bukanlah masalah demi masalah itu datang dari sejak dahulu, dari kita sendiri belum dilahirkan?”. Iya benar. Tiada satupun kehidupan tanpa masalah. Itu sudah menjadi hukum alam. Tapi saya membicarakan apa yang terjadi saat ini. Yang berlalu biarlah berlalu, karena itu bukan lagi milik kita. Yang ada di tangan kita adalah saat ini. Sekarang kita fokuskan apa yang terjadi saat ini dan apa yang akan kita lakukan. Saya yakin, setiap Anda pasti memiliki cita-cita. Tapi kebanyakan dari kita bercita-cita untuk kepentingan diri sendiri. Sangat sedikit orang yang bercita-cita untuk orang lain. Maksudnya, Anda yang bercita-cita. Tapi orang lainlah yang banyak Anda untungkan. Jika hal itu dapat Anda lakukan, itulah yang dinamakan sebuah pengabdian.
 
            “Berikan Aku sepuluh orang pemuda, maka akan ku guncangkan dunia”. Sebuah kalimat yang pernah diucapkan oleh seorang proklamator Indonesia. Yaitu presiden pertama kita, Ir. Soekarno. Apa yang dapat kita simpulkan dari ucapan beliau?. Lalu apa hubungannya dengan Cinta?. Dapat ditarik kesimpulan bahwa begitu besarkan peran pemuda dalam kehidupan ini. Karena pemuda adalah calon-calon pemimpin bangsa yang akan memegang roda kendali bangsa dimasa mendatang. Jika ingin melihat seberapa baiknya negara, lihatlah para pemudanya.
            Cinta seorang pemuda adalah cinta yang berkobar-kobar laksana kobaran bara api. Ketika cinta itu diantarkan kepada jalan positif, maka akan majulah bangsa itu. Tapi ketika Cinta itu bermuara pada arus materialistis, maka kerusakan tinggal menunggu waktu.
            Indonesia adalah negara yang sudah merdeka. Iya benar, secara de jure dan de facto Indonesia adalah negara yang merdeka. Penjajahan itu telah tiada. Benarkah? Sungguh, betapa tertipunya kita. Ternyata akar-akar penjajahan itu masih tertancap kokoh di bawah tanah air Indonesia. Walau batang-batang penjajahan yang tanpak di mata telah dipangkas habis, namun akar itu masih terus menjalar dan merambat di bawah tanah air ini. Penjajahan telah bertransformasi, dia telah bermutasi seperti angin yang hanya bisa dirasakan tapi tak dapat di pandang dengan mata. Itulah sebuah penjajahan baru, bukan penjajahan fisik. Tapi penjajahan pikiran. Sistem kapitalis, leberalis, hedonis, dan materialistis telah ditanamkan di tanah air ini. Sebuah penjajahan yang sangat melenakan. Laksana angin sepoi-sepoi di padang rumput.
            Lalu apa kabar para pemuda hari ini?. Apa makna Cinta yang selama ini engkau tebar-tebarkan di kehidupanmu. Sungguh, betapa ruginya kita ketika kata Cinta hanya menjadi sebuah rasa. Buatlah cinta menjadi “kata kerja” karena Cinta hanya dapat dirasakan  setelah adanya aksi yang mewakili rasa itu. *_*
            Lalu apa yang harus saya lakukan?. Saya masih terlalu kecil atau saya sudah terlalu berumur untuk berbicara mengenai ini. Pemuda yang tepat adalah dari kalangan mahasiswa. Apa? Pemuda bukanlah dilihat dari umur. Pemuda adalah semangat. Semangat adalah harapan. Setiap Anda yang memiliki semangat berarti anda adalah pemuda. Pemuda yang penuh dengan harapan. 

“Semangat pemuda, semangat peradaban bangsa”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar