APA KABAR CINTA?
“Cinta.
Apa kabarmu hari ini? Apa yang sedang kamu lakukan disana? Dimana kamu berada?
Aku sangat rindu padamu”. Contoh beberapa kalimat yang sering kita dengar dari
para perindu Cinta. Cinta kepada siapa? Kekasih?. Ya, asumsi Anda tidak salah.
Kekasih yang saat ini sedang dirindukan kehadirannya. Belas kasihnya. Tapi
apakah saat ini kita ingin membicarakan Cinta kepada kekasih?. Anda mau yang
mana, kisah sebuah Cinta kepada kekasih atau sebuah Cinta lain yang lebih
istimewa yang saat ini hampir terlupa?.
Baiklah,
jika Anda berfikir bahwa kita akan membahas mengenai Cinta kepada seorang
kekasih. Dengan sangat menyesal saya harus menyarankan Anda untuk berpaling
dari tulisan ini. Karena Anda pasti akan terjebak pada sebuah tulisan yang
menjenuhkan. Tapi jika Anda ingin menyimak sebuah kisah Cinta yang istimewa
itu. Saya harap Anda tetap menyimak tulisan ini hingga Anda dapat memahaminya.
Ini
adalah sebuah kisah yang dibuat jauh dari referensi maupun intervensi. Ini
hanyalah sebuah goresan tangan dari seorang anak negeri yang sedang dirundung
rasa rindu. Rindu yang selama ini terpendam. Hingga akhirnya harus mencurahkan
isi hatinya kepada siapa saja yang mau membacanya.
“Indonesia tanah air beta
Pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala
Slalu di puja-puja bangsa
Disana tempat lahir beta
Di buai di besarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Sampai
akhir menutup mata”
Anda
masih ingat bait-bait diatas? Apakah Anda masih ingat judulnya?. Lalu Anda
menjawab, “Ya, saya masih ingat. Dulu waktu masih SD saya sering menyanyikannya
saat upacara bendera”. “Judulnya kalau tidak salah Indonesia Pusaka”.
Ya,
Anda benar. Tapi saya mau bertanya mengapa Anda mengatakan kata SD dan upacara
bendera?. Apakah lagu ini hanya dimiliki oleh siswa-siswa SD. Lalu bagaimana
saat ini? Apakah Anda masih sering menyanyikannya?.
Mungkin
Anda dibuat bingung dengan beberapa kalimat diatas. Tapi percayalah, tulisan
ini bukan saya maksudkan untuk menskenariokan sebuah cerita. Tapi hanya
memberikan sebuah contoh yang mungkin akan terjadi ketika Anda bertanya
mengenai lagu ini.
Indonesia
Pusaka. Sebuah lagu yang memiliki berjuta makna. Sebuah lagu yang yang
diciptakan dengan berjuta harapan. Sebuah lagu yang menginspirasi makna
kecintaan dan pengabdian. Lalu, apa yang dapat kita simpulkan dari lagu ini dan
apa hubungannya dengan Cinta?
“Indonesia
tanah air beta”. Kaulah tempatku dilahirkan, dibesarkan, dididik, dan diasah
sedemikian rupa. Maka aku akan mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Dimana tempat
langit dipijak disitulah langit dijunjung. Kaulah rumahku. “Kau selalu di
puja-puja bangsa.” Siapa yang memujamu? Kapan?. Sampai saat ini belum pernah
ditemukan bangsa mana yang pernah memuja-muja Indonesia dan kapan tepatnya
negeri ini dipuja?. Benarkah adanya ataukah hanya sebuah bait motivasi yang
menggambarkan bahwa betapa hebatnya Indonesia saat itu. Saat diciptakannya lagu
ini. “Tempat berlindung di hari tua, sampai akhir menutup mata”. Oh negeriku
ternyata kau adalah ibu pertiwi yang dapat memberikan ketenangan bagi siapa
saja yang mencintaimu.
Saya
mau bertanya sedikit. Siapakah Anda? Pelajar, Mahasiswa, Profesional,
Pemerintah, Pejabat atau hanya seorang rakyat biasa yang Anda sendiri tidak tau
siapa diri Anda. Semua dihalalkan untuk membaca tulisan ini. Karena tulisan ini
ditulis bukan untuk satu golongan tertentu, tulisan ini diperuntukkan bagi
siapa saja yang mau membaca. Hanya itu. Sekalipun saya harus memperkenalkan
bahwa saat ini diri saya adalah seorang mahasiswa. Seorang mahasiswa biasa yang
ingin mempelajari hal-hal luar biasa.
“Sahabat,
saat ini aku sedang sedih”. “Loh sedih kenapa? Kerena Cinta kah?”. “Ya, Aku
sedih karena Cintaku sedang sakit”. “Siapa Cintamu?”. “Cintaku adalah juga
Cintamu”. “Cintaku juga, berarti Cinta kita”. “Siapa namanya?”. “INDONESIA”.
“Negeri kita?”. “Iya”.
Saat
ini INDONESIA sedang sakit. Bukan maksudku untuk mendeskreditkan negeri sendiri.
Tapi yang saya lihat saat ini ya itu. Beribu-ribu masalah silih berganti hadir
di negeri ini. Laksana sebuah pohon pisang yang telah mati, lalu bertunas
kembali dari waktu ke waktu. Itulah Indonesia, negeriku tercinta. “Bukanlah
masalah demi masalah itu datang dari sejak dahulu, dari kita sendiri belum
dilahirkan?”. Iya benar. Tiada satupun kehidupan tanpa masalah. Itu sudah
menjadi hukum alam. Tapi saya membicarakan apa yang terjadi saat ini. Yang
berlalu biarlah berlalu, karena itu bukan lagi milik kita. Yang ada di tangan
kita adalah saat ini. Sekarang kita fokuskan apa yang terjadi saat ini dan apa
yang akan kita lakukan. Saya yakin, setiap Anda pasti memiliki cita-cita. Tapi
kebanyakan dari kita bercita-cita untuk kepentingan diri sendiri. Sangat
sedikit orang yang bercita-cita untuk orang lain. Maksudnya, Anda yang
bercita-cita. Tapi orang lainlah yang banyak Anda untungkan. Jika hal itu dapat
Anda lakukan, itulah yang dinamakan sebuah pengabdian.
“Berikan
Aku sepuluh orang pemuda, maka akan ku guncangkan dunia”. Sebuah kalimat yang pernah
diucapkan oleh seorang proklamator Indonesia. Yaitu presiden pertama kita, Ir.
Soekarno. Apa yang dapat kita simpulkan dari ucapan beliau?. Lalu apa
hubungannya dengan Cinta?. Dapat ditarik kesimpulan bahwa begitu besarkan peran
pemuda dalam kehidupan ini. Karena pemuda adalah calon-calon pemimpin bangsa
yang akan memegang roda kendali bangsa dimasa mendatang. Jika ingin melihat
seberapa baiknya negara, lihatlah para pemudanya.
Cinta
seorang pemuda adalah cinta yang berkobar-kobar laksana kobaran bara api.
Ketika cinta itu diantarkan kepada jalan positif, maka akan majulah bangsa itu.
Tapi ketika Cinta itu bermuara pada arus materialistis, maka kerusakan tinggal
menunggu waktu.
Indonesia
adalah negara yang sudah merdeka. Iya benar, secara de jure dan de
facto Indonesia adalah negara yang merdeka. Penjajahan itu telah tiada.
Benarkah? Sungguh, betapa tertipunya kita. Ternyata akar-akar penjajahan itu
masih tertancap kokoh di bawah tanah air Indonesia. Walau batang-batang
penjajahan yang tanpak di mata telah dipangkas habis, namun akar itu masih
terus menjalar dan merambat di bawah tanah air ini. Penjajahan telah
bertransformasi, dia telah bermutasi seperti angin yang hanya bisa dirasakan
tapi tak dapat di pandang dengan mata. Itulah sebuah penjajahan baru, bukan
penjajahan fisik. Tapi penjajahan pikiran. Sistem kapitalis, leberalis,
hedonis, dan materialistis telah ditanamkan di tanah air ini. Sebuah penjajahan
yang sangat melenakan. Laksana angin sepoi-sepoi di padang rumput.
Lalu
apa kabar para pemuda hari ini?. Apa makna Cinta yang selama ini engkau
tebar-tebarkan di kehidupanmu. Sungguh, betapa ruginya kita ketika kata Cinta
hanya menjadi sebuah rasa. Buatlah cinta menjadi “kata kerja” karena Cinta
hanya dapat dirasakan setelah adanya aksi
yang mewakili rasa itu. *_*
Lalu
apa yang harus saya lakukan?. Saya masih terlalu kecil atau saya sudah terlalu
berumur untuk berbicara mengenai ini. Pemuda yang tepat adalah dari kalangan
mahasiswa. Apa? Pemuda bukanlah dilihat dari umur. Pemuda adalah semangat.
Semangat adalah harapan. Setiap Anda yang memiliki semangat berarti anda adalah
pemuda. Pemuda yang penuh dengan harapan.
“Semangat pemuda, semangat peradaban
bangsa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar